Sabtu, 09 Januari 2016

Prinsip Pengembangan Kurikulum



 PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
A.    Pengertian Prinsip Pengembanngan Kurikulum
Secara bahasa prinsip berarti asas, dasar, keyakinan, dan pendirian. Dari pengertian ini tersirat makna bahwa tata prinsip menunjuk pada suatu hal yang sangat penting, mendasar, harus diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang biasanya selalu ada atau terjadi pada situasi dan kondisi yang serupa. Pengertian dan makna prinsip ini menunjukan bahwa prinsip itu memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan keberadaan sesuatu. Melalui pemahaman suatu prinsip, orang bisa menjadikan sesuatu itu lebih efektif dan efisien. Prinsip juga mencerminkan hakikat yang dikandung oleh sesuatu, baik dalam dimensi proses maupun dimensi hasil, dan bersifat memberikan rambu-rambu atau aturan main yang harus diikuti untuk mencapai tujuan secara benar.
Pengertian dan fungsi prinsip diatas bisa dijadikan dasar untuk menjelaskan arti dan fungsi prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menunjukan pada suatu pengertian tentang berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan barbagai hal yang terkait dengan pengembangan kurikulum, terutama dalam fase perencanaan kurikulum (curriculum planing). Prinsip-prinsip tersebut menggambarkan ciri dan hakikat kurikulum itu sendiri.
Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses identifikasi, analisis, sintesis, evaluasi, pengambilan keputusan, dan rekreasi elemen-elemen kurikulum. Jika proses pengembangan kurikulum ingin berjalan secara efektif dan efisien, maka pera pengembang kurikulum harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, yang bersifat umum maupun khusus. Disamping itu, para pengembang kurikulum akan bisa bekerja secara mantap, terarah, dan hasilnya bisa dipertanggung jawabkan.  Produk dari aktivitas pengembangan kurikulum tersebut diharapkan akan sesuai dengan harapan masyarakat yang bersifat dinamis dan jaman yang akan selalu berubah. Selain daripada itu, adanya berbagai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum merupakan suatu ciri bahwa kurikulum merupakan suatu area atau suatu lapangan studi (field of study) tersendiri.[1]

B.     Macam-Macam Prinsip Pengembangan Kurikulum
1.      Prinsip Relevansi
Dalam Oxford Advanced Dictionary of Current English, kata relevansi atau relevan mempunyai arti (closely) connected with what is happening, yakni kedekatan hubungan dengan apa yang terjadi. Apabila dikaitkan dengan pendidikan, berarti perlunya kesesuaian antara (program) pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat (the needs of society). Pendidikan dikatakan relevan bila hasil yang diperoleh akan berguna bagi kehidupan seseorang.[2]
Soetopo, Soemanto dan Subandijah dalam Abdullah Idi mengungkapkan relevansi pengembangan kurikulum ada 4 macam. Pertama, relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik. Relevansi ini memiliki arti bahwa dalam pengembangan kurikulum, termasuk dalam menentukan bahan pengajaran (subject matters), hendaknya disesuaikan dengan kehidupan nyata anak didik. Sebagai contoh, sekolah yang berada di perkotaan, anak didiknya ditawarkan hal yang aktual, seperti polusi pabrik, arus perdagangan yang ramai, kemacetan lalu lintas, dan lain-lain. Atau sebaliknya, sekolah-sekolah yang berada di daerah pedesaan, tentu saja anak didiknya ditawarkan hal- hal yang relevan. Misalnya, memperkenalkan pertanian kepada anak didik, karena daerah tersebut merupakan daerah pedesaan yang subur akan pertanian. Begitu juga dengan daerah pedesaan lain yang kaya akan perikanan, persawahan, kerajinan, dan lain-lain. Kedua, relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan datang. Materi atau bahan yang diajarkan kepada anak didik hendaklah memberi manfaat untuk persiapan masa depan anak didik. Kerenanya, keberadaan kurikulum di sini bersifat antisipasi dan memiliki nilai prediksi secara tajam dan perhitungan. Ketiga, relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Semua orang tua mengharapkan anaknya dapat berkerja sesuai dengan pengalaman pendidikan yang dimilikinya. Begitu juga halnya dengan anak didik, ia berharap agar dapat mandiri dan memiliki sumber daya ekonomi yang pantas dengan modal ilmu pengetahuannya. Karenanya, kurikulum dan proses pendidikan tersebut sebisa mungkin dapat diorientasikan ke dunia kerja, tentunya menurut jenis pendidikan, sehingga nantinya pengetahuan teoretik dari bangku sekolah dapat diaplikasikan dengan baik di dalam dunia kerja. Kempat, relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan. Kemajuan pendidikan juga membuat maju ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak negara tadinya miskin sekarang menjadi kaya. Contohnya Jepang, Korea Selatan, Singapura,dan lain-lain. Semua ini disebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Progam pendidikan (kurikulum) hendaknya mampu memberi peluang pada anak didik untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, selalu mengembangkannya dan tidak cepat berpuas diri, serta selalu siap menjadi pelopor dalam penemuan pengembangan ilmu pengetahuan.

2.      Prinsip Efektivitas
Prinsip efektivitas yang dimaksudkan adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan. Dalam proses pendidikan, efektivitasnya dapat dilihat dari dua sisi, yakni:
a.       Efektivitas mengajar pendidik berkaitan dengan sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
b.      Efektivitas belajar anak didik, berkaitan dengan sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Efektivitas belajar mengajar dalam dunia pendidikan mempunyai keterkaitan erat antara pendidik dan anak didik. Kepincangan salah satunya akan membuat terhambatnya pencapaian tujuan pendidikan, atau efektivitas proses belajar mengajar tidak tercapai. Faktor pendidik dan anak didik, serta perangkat-perangkat lainnya yang bersifat operasional, sangat penting dalam hal efektivitas proses pendidikan atau pengembangan kurikulum.

3.       Prinsip Efisiensi
Prinsip  sering kali dikonotasikan dengan prinsip ekonomi, yang berbunyi: dengan modal atau biaya, tenaga, dan waktu yang sekecil-kecilnya akan dicapai hasil yang memuaskan. Efisiensi proses belajar mengajar akan tercipta, apabila usaha, biaya,waktu dan tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan progam pengajaran tersebut sangat optimal dan hasilnya bisa seoptimal mungkin, tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar.

4.      Prinsip Kesinambungan
Prinsip kesinambungan dalam pengembangan kurikulum menunjukan adanya saling terkait antara tingkat pendidikan, jenis progam pendidikan, dan bidang studi.
a.       Kesinambungan diantara berbagai tingkat sekolah.
1)      Bahan pelajaran (subject matters) yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi hendaknya sudah diajarkan pada tingkat pendidikan sebelumnya atau di bawahnya.
2)      Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat pendidikan yang lebih rendah tidak harus diajarkan lagi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sehingga terhindar dari tumpang tindih dalam pengaturan bahan dalam proses belajar mengajar.
b.      Kesinambungan di antara berbagai bidang studi.
Kesinambungan diantara berbagai bidang studi menunjukan bahwa dalam pengembangan kurikulum harus memerhatikan hubungan antara bidang studi yang satu dengan yang lainnya. Misalnya, untuk mengubah angka temperatur dari Skala Celcius ke Skala Fahrenheit dalam IPA diperlukan keterampilan dalam pengalian pecahan. Karenanya, pelajaran mengenai bilangan pecahan tersebut hendaknya sudah diberikan sebelum anak didik mempelajari cara mengubah temperatur itu.



5.      Prinsip Fleksibilitas
Fleksibilitas berarti tidak kaku, dan ada semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan dalam bertindak atau mengambil kegiatan yang akan dilakukan. Di dalam kurikulum, fleksibilitas dapat dibagi menjadi dua macam, yakni:
a.       Fleksibilitas dalam memilih progam pendidikan.
Fleksibilitas di sini maksudnya adalah bentuk pengadaan progam-progam pilihan  yang dapat berbuentuk jurusan, progam spesialisasi, ataupun progam-progam pendidikan keterampilan yang dapat dipilih murid atas dasar kemampuan dan minatnya
b.      Fleksibilitas dalam pengembangan program pengajaran.
Fleksibilitas di sini maksudnya adalah dalam bentuk memberikan kesempatan kepada para pendidik dalam mengembangkan sendiri progam-progam pengajaran dengan perpatok pada tujuan dan bahan pengajaran di dalam kurikulum yang masih bersifat umum.[3]


DAFTAR PUSTAKA


Idi, Abdullah. 2010.Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Sudja’i, Achmad .2013.Pengembangan Kurikulum.Semarang: Akfi
Tim Pengembang MKDP.2012.Kurikulum & Pembelanjaran.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada



[1] Tim Pengembang MKDP, Kurikulum & Pembelanjaran,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 64
[2] Achmad Sudja’i, Pengembangan Kurikulum (Semara ng: AKFI media, 2013), hal: 122
[3] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm: 179-183

Tidak ada komentar:

Posting Komentar