Laporan Pengamatan Kunjungan di Museum Ronggo Warsito
(Interpretasi Wayang Sebagai Media Dakwah di Jawa)
Oleh : Siti Munawaroh (133511026)
Ronggo warsito merupakan salah satu museum yang ada di Semarang,
Jawa Tengah. Di dalam museum itu ada banyak koleksi mulai dari benda-benda
purba, peninggalan hindhu budha juga ada peninggalan yang bercorak Islam dan
Jawa. Salah satu koleksi yang ada di gedung lantai 2 Ronggo warsito yaitu
terdapat koleksi beranekaragam wayang dan juga terdapat peralatan gamelannya.
Wayang merupakan salah satu karya seni peninggalan nenek moyang bangsa
Indonesia sebagai hasil dari gagasan pemikiran dan perilaku masyarakat. Wayang
telah dijadikan sebagai tontonan, tuntunan dalam berpikir bangsa
Indonesia. Beberapa prasasti telah membuktikan
bahwa wayang telah dijadikan
pertunjukkan sejak zaman kuno. Misalnya ditemukan empat lempengan tembaga yang
ditemukan di Bali, dengan berangka tahun 980 saka (1058 M).
Wayang dalam bahasa Jawa berarti “bayangan”, secara istilah wayang
adalah suatu bentuk sajian / pertunjukkan tradisional yang disajikan oleh
seorang dalang dibantu oleh wiyaga atau orang penabuh gamelan dan waranggana
atau penembang dengan menggunakan boneka atau sejenisnya sebagai alat
pertunjukkan. Secara filsafat wayang diartikan sebagai bayang atau pencerminan
dari sifat yang ada didalam jiwa manusia. Sifat yang dimaksud antara lain
seperti watak angkara murka, kebajikan serakah dan sebagainya.
Jenis-jenis wayang ada banyak antara lain wayang dupara, wayang
kancil, wayang beber, wayang purwa, wayang gede, wayang orang dan lain
sebagainya. Dalam praktiknya wayang yang sering digunakan sebagai penyebaran
agama Islam adalah wayang purwa. Wayang purwa adalah campuran wayang
Yogyakarta, Surakarta, dan kedu menjadi satu. Wayang yang dijadikan media
dakwah ini terbuat dari kulit kerbau
yang dibentuk menyerupai tokoh-tokoh pewayangan yang beragam jenis.
Dengan kehadiran walisongo, wayang dipergunakan sebagai media
dakwah Islam di Pulau Jawa. Misalnya seperti yang dilakukan sunan Kalijaga,
beliau melakukan perubahan-perubahan terhadap wayang yang dulunya kental dengan
agama Hindhu, sekarang dijadikan media untuk memasukkan ajaran-ajaran Islam di
masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga mengubah beberapa lakon wayang diantara yang
terkenal adalah Jimat Kalimasada (Sebagai kiasan kalimat syahadat dalam
Islam), Dewi Ruci , Petruk Dadi Ratu (Menggambarkan manusia yang
memiliki dan mengamalkan Jimat Kalimasada).
Wayang sangat digemari pada zaman walisongo, namun sekarang ini
kegemaran itu sudah mulai pudar dengan masuknya budaya asing dan perkembangan
teknologi yang pesat. Banyak pemuda yang tidak paham tentang apa itu wayang dan
ceritanya bagaimana. Banyak yang beralasan mereka tidak suka wayang karena
tidak memahami cerita yang disampaikan, bahasa yang digunakan pun Bahasa Jawa
yang Halus (Krama Inggil).Oleh karena itu, sebagai pemuda
Indonesia mari kita sama-sama belajar untuk lebih mencintai budaya sendiri dan
melestarikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar