Selasa, 29 Desember 2015

Museum Ronggowarsito



Laporan Pengamatan Kunjungan di Museum Ronggo Warsito
(Interpretasi Wayang Sebagai Media Dakwah di Jawa)
Oleh : Siti Munawaroh (133511026)

Ronggo warsito merupakan salah satu museum yang ada di Semarang, Jawa Tengah. Di dalam museum itu ada banyak koleksi mulai dari benda-benda purba, peninggalan hindhu budha juga ada peninggalan yang bercorak Islam dan Jawa. Salah satu koleksi yang ada di gedung lantai 2 Ronggo warsito yaitu terdapat koleksi beranekaragam wayang dan juga terdapat peralatan gamelannya.
Wayang merupakan salah satu karya seni peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia sebagai hasil dari gagasan pemikiran dan perilaku masyarakat. Wayang telah dijadikan sebagai tontonan, tuntunan dalam berpikir bangsa Indonesia.  Beberapa prasasti telah membuktikan bahwa wayang  telah dijadikan pertunjukkan sejak zaman kuno. Misalnya ditemukan empat lempengan tembaga yang ditemukan di Bali, dengan berangka tahun 980 saka (1058 M).
Wayang dalam bahasa Jawa berarti “bayangan”, secara istilah wayang adalah suatu bentuk sajian / pertunjukkan tradisional yang disajikan oleh seorang dalang dibantu oleh wiyaga atau orang penabuh gamelan dan waranggana atau penembang dengan menggunakan boneka atau sejenisnya sebagai alat pertunjukkan. Secara filsafat wayang diartikan sebagai bayang atau pencerminan dari sifat yang ada didalam jiwa manusia. Sifat yang dimaksud antara lain seperti watak angkara murka, kebajikan serakah dan sebagainya.
Jenis-jenis wayang ada banyak antara lain wayang dupara, wayang kancil, wayang beber, wayang purwa, wayang gede, wayang orang dan lain sebagainya. Dalam praktiknya wayang yang sering digunakan sebagai penyebaran agama Islam adalah wayang purwa. Wayang purwa adalah campuran wayang Yogyakarta, Surakarta, dan kedu menjadi satu. Wayang yang dijadikan media dakwah  ini terbuat dari kulit kerbau yang dibentuk menyerupai tokoh-tokoh pewayangan yang beragam jenis.
Dengan kehadiran walisongo, wayang dipergunakan sebagai media dakwah Islam di Pulau Jawa. Misalnya seperti yang dilakukan sunan Kalijaga, beliau melakukan perubahan-perubahan terhadap wayang yang dulunya kental dengan agama Hindhu, sekarang dijadikan media untuk memasukkan ajaran-ajaran Islam di masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga mengubah beberapa lakon wayang diantara yang terkenal adalah Jimat Kalimasada (Sebagai kiasan kalimat syahadat dalam Islam), Dewi Ruci , Petruk Dadi Ratu (Menggambarkan manusia yang memiliki dan mengamalkan Jimat Kalimasada).
Wayang sangat digemari pada zaman walisongo, namun sekarang ini kegemaran itu sudah mulai pudar dengan masuknya budaya asing dan perkembangan teknologi yang pesat. Banyak pemuda yang tidak paham tentang apa itu wayang dan ceritanya bagaimana. Banyak yang beralasan mereka tidak suka wayang karena tidak memahami cerita yang disampaikan, bahasa yang digunakan pun Bahasa Jawa yang Halus (Krama Inggil).Oleh karena itu, sebagai pemuda Indonesia mari kita sama-sama belajar untuk lebih mencintai budaya sendiri dan melestarikannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar